You are currently browsing the tag archive for the ‘kaidah pemberontakan’ tag.

Kaidah Khuruj atas Hakim yang Kaafir
ﻣﺎ ﺣﻜﻢ ﺍﻟﺨﺮﻭﺝ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺤﺎﻛﻢ ﺍﻟﻜﺎﻓﺮ
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻌﻼﻣﺔ ﺍﺑﻦ ﺑﺎﺯ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ
ﺇﺫﺍ ﺭﺃﻯ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻮﻥ ﻛﻔﺮﺍ ﺑﻮﺍﺣﺎ ﻋﻨﺪﻫﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻴﻪ ﺑﺮﻫﺎﻥ , ﻓﻼ ﺑﺄﺱ ﺃﻥ ﻳﺨﺮﺟﻮﺍ ﻋﻠﻰ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ
ﻹﺯﺍﻟﺘﻪ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻋﻨﺪﻫﻢ ﻗﺪﺭﺓ , ﺃﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻋﻨﺪﻫﻢ ﻗﺪﺭﺓ ﺃﻭ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺨﺮﻭﺝ ﻳﺴﺒﺐ ﺷﺮﺍ ﺃﻛﺜﺮ ﻓﻼ
ﻳﺨﺮﺟـــــــــــــــــﻮﺍ , ﻭﻟﻴﺲ ﻟﻬﻢ ﺍﻟﺨﺮﻭﺝ ؛ ﻭﺫﻟﻚ ﺭﻋﺎﻳﺔ ﻟﻠﻤﺼﺎﻟﺢ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ .
ﻭﺍﻟﻘﺎﻋﺪﺓ ﺍﻟﺸﺮﻋﻴﺔ ﺍﻟﻤﺠﻤﻊ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺃﻧﻪ ) ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺇﺯﺍﻟﺔ ﺍﻟﺸﺮ ﺑﻤﺎ ﻫﻮ ﺃﺷﺮ ﻣﻨﻪ ( ؛ ﺑﻞ ﻳﺠﺐ ﺩﺭﺀ ﺍﻟﺸﺮ
ﺑﻤﺎ ﻳﺰﻳﻠﻪ ﺃﻭ ﻳﺨﻔﻔﻪ .
ﺃﻣﺎ ﺩﺭﺀ ﺍﻟﺸﺮ ﺑﺸﺮ ﺃﻛﺜﺮ ﻓﻼ ﻳﺠﻮﺯ ﺑﺈﺟﻤﺎﻉ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ .
ﻓﺈﺫﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻄﺎﺋﻔﺔ – ﺍﻟﺘﻲ ﺗﺮﻳﺪ ﺇﺯﺍﻟﺔ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﻓﻌﻞ ﻛﻔﺮﺍ ﺑﻮﺍﺣﺎ ﻭﻋﻨﺪﻫﺎ ﻗﺪﺭﺓ ﺗﺰﻳﻠﻪ
ﺑﻬﺎ, ﻭﻟﺪﻳﻬﺎ ﺍﻟﺒﺪﻳﻞ ﻋﻨﻪ ﺑﺎﻣﺎﻡ ﻣﺴﻠﻢ ﺻﺎﻟﺢ ﻃﻴﺐ ﻣﻦ ﺩﻭﻥ ﺃﻥ ﻳﺘﺮﺗﺐ ﻋﻠﻰ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺨﺮﻭﺝ ﻓﺴﺎﺩ ﻛﺒﻴﺮ
ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ , ﺃﻭﺷﺮ ﺃﻋﻈﻢ ﻣﻦ ﺷﺮ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ : ﻓﻼ ﺑﺄﺱ
ﺃﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺨﺮﻭﺝ ﻳﺘﺮﺗﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﺴﺎﺩ ﻛﺒﻴﺮ ﻭﺍﺧﺘﻼﻝ ﺍﻷﻣﻦ ﻭﻇﻠﻢ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﺍﻏﺘﻴﺎﻝ ﻣﻦ ﻻ ﻳﺴﺘﺤﻖ
ﺍﻻﻏﺘﻴﺎﻝ ﺇﻟﻰ ﻏﻴﺮ ﻫﺬﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﻔﺴﺎﺩ ﺍﻟﻌﻈﻴﻢ
ﻓﻬــﺬﺍ ﻻ ﻳﺠــــــــــــﻮﺯ
ﺍﻟﻔﺘﺎﻭﻯ 8/203 ﺩ .
Apa Hukum Khuruj (berontak) atas penguasa yang kaafir ?
Berkata al-‘Allaamah Bin Baaz rahimahullah :
Jika Qaum muslimin melihat kekufuran terang-terangan yang mereka
memiliki burhan dari Allah tentangnya maka tidak mengapa khuruj atas
sulthan ini untuk menggantikannya jika mereka mampu, adapun jika
mereka tidak memiliki kemampuan atau khuruj tersebut malah
menyebabkan keburukan yang lebih besar maka janganlah mereka
khuruj, dan tidak boleh bagi mereka untuk khuruj, hal itu dalam rangka
menjaga kemaslahatan umum.
dan qaidah syar’iyyah terkumpul diatasnya bahwasanya (Tidak boleh
menghilangkan keburukan dengan sesuatu yang lebih besar dari
keburukan yang ada), tetapi wajib menolak keburukan dengan sesuatu
yang dapat menghilangkan atau yang meringankannya.
Adapun menolak keburukan dengan keburukan yang lebih besar maka
tidak boleh berdasarkan ijma’ qaum muslimin, dan apabila ada sebuah
thaifah yang ingin menggantikan sulthan yang berbuat kekufuran secara
terang-terangan dan thaifah tersebut memiliki kemampuan
menggantinya, dan ia memiliki penggantinya dengan seorang imam
muslim yang shaalih lagi baik yang tidak berkonsekwensi atas khuruj ini
kerusakan yang besar atas qaum muslimin, atau keburukan yang besar
dari keburukan sulthan ini maka tidak mengapa.
Adapun jika khuruj ini berkonsekwensi atasnya kerusakan yang besar,
ketidakamanan, kezhaliman terhadap manusia, pembunuhan atas orang
yang tidak berhaq dibunuh hingga selain ini berupa kerusakan yang
besar maka ini tidak boleh.
[ al-Fataawa 8/203 ]

Terjemah Hanafi Abu Abdillah Ahmad

pemberontak-tentara-pembebasan-suriah-fsa-saat-latihan-militer-_120624124107-615