You are currently browsing the tag archive for the ‘emansipasi wanita’ tag.

 

 

Rasulullah memiliki kemampuan tutur lemah lembut pada istri dan kelebihan Rasulullah adalah bimbingan kepada ibadah sang istri-istri. Kurangnya nasehat  ibadah nasehat kepada istri apalagi tambah kelapangan materi menambah rusak akhlak istri. Dikarenakan wanita lemah dan kurang akalnya. Aisyah saat 15 tahun dibiarkan dia menonton para budak hitam Habsyi pemain senjata di masjid. Walau diberi hijab oleh Nabi Muhammad. Adanya waktu kelapangan diberi waktu untuk santai-santai terutama di umur aisyah yang masih muda jadi keluarga Nabi Muhammad bukanlah keluarga yang tegang dan kaku namun santai

 

Aisyah berkata, “Pada suatu hari raya, ketika rombongan orang-orang Habasyah memperagakan pertunjukan tari-tarian tombak di halaman masjid, Rasulullah menawariku, ‘Ya Humaira, apakah engkau mau menonton mereka?’ Aku menjawab, ‘Ya’. Lalu beliau menyuruhku berdiri di belakang beliau, dan beliau merendahkan bahunya agar aku dapat melihat dengan jelas. Kuletakkan daguku di atas bahu beliau sambil kusandarkan wajahku ke pipi beliau, aku menonton lewat atas pundak beliau, dan beliau menyeru yang di depan agar merendah. Beliau berkata kepadaku, ‘Ya Aisyah, apakah engkau sudah puas?’ Aku menjawab, ‘Belum’. (HR. Asy-Syekhan).

 

Saat orang Habsyi bertari tombak di Masjid, Nabi & ‘Aisyah menonton dengan saling beradu bahu serta menempel pipi. (HR Ahmad)

 

Anas: “Kulihat Nabi menata mantel di pelana. Beliau duduk & Shafiyyah meletakkan lututnya di atas lutut beliau.” (HR Al Bukhari)

 

Suatu hari orang-orang Habasyah masuk masjid dan menunjukkan atraksi permainan di dalam masjid, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil Aisyah, “Wahai Humaira, apakah engkau mau melihat mereka?” Aisyah menjawab, “Iya.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di depan pintu, lalu aku datang dan aku letakkan daguku pada pundak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan aku tempelkan wajahku pada pipi beliau.” Lalu ia mengatakan, “Di antara perkataan mereka tatkala itu adalah, ‘Abul Qasim adalah seorang yang baik’.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Apakah sudah cukup wahai Aisyah?” Ia menjawab: “Jangan terburu-buru wahai Rasulullah.” Maka beliau pun tetap berdiri. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulangi lagi pertanyaannya, “Apakah sudah cukup wahai Aisyah?” Namun, Aisyah tetap menjawab, “Jangan terburu-buru wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Aisyah mengatakan, “Sebenarnya bukan karena aku senang melihat permainan mereka, tetapi aku hanya ingin memperlihatkan kepada para wanita bagaimana kedudukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadapku dan kedudukanku terhadapnya.” (HR. An-Nasa’i (5/307), lihat Ash Shahihah (3277))

Maka Rasulullah berdiri diantara sisi santai dan kaku dengan memberi hiburan kepada Aisyah -semoga Allah meridhoinya- Rasulullah tidak cuek membiarkan istri berbuat semaunya namun juga tidak mengekang sang istri dalam penjara.Rasulullah pun akan berlomba lari dengan Aisyah, dan Rasulullah kalah oleh Aisyah saat itu para tentara disuruh maju kedepan dengan riwayat Imam Ahmad.

 

Aisyah bercerita, “Suatu waktu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang untuk menemuiku sedang aku tengah bermain-main dengan gadis-gadis kecil.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku, “Apa ini wahai Aisyah.” Lalu aku katakan, “Itu adalah kuda Nabi Sulaiman yang memiliki sayap.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tertawa. (HR. Ibnu Sa’ad dalam Thabaqat (8/68), lihat Shahih Ibnu Hibban (13/174))

Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berlomba lari dengan Aisyah dan Aisyah menang. Aisyah bercerita, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berlari dan mendahuluiku (namun aku mengejarnya) hingga aku mendahuluinya. Tetapi, tatkala badanku gemuk, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak lomba lari lagi namun beliau mendahului, kemudian beliau mengatakan, “Wahai Aisyah, ini adalah balasan atas kekalahanku yang dahulu’.” (HR. Thabrani dalam Mu’jamul Kabir 23/47), lihat Al-Misykah (2.238))

Wanita memiliki kekurangan 1/2 akal dan 1/2 agama berhak atas bimbingan agama dan refreshing diri. Mengajak istri bergembira disertai dengan bimbingan agama.
Rasulullah mengatakan siapa diantara kalian yang paling baik kepada istri aku yang terbaik kepada istriku.. Dalam mutafaqun alaihi nasyid syair yang dilantunkan si majikan unta Anjasya menyebabkan si unta lari cepat Rasulullah meminta agar dipercepat dan diperhatikan wanita yg menunggangi unta.

 

HR.muslim || No : 4287

Telah menceritakan kepada kami Abu Ar Rabi’ Al ‘Ataki, Hamid bin ‘Umar, Qutaibah bin Sa’id dan Abu Kamil seluruhnya dari Hammad bin Zaid. Abu Ar Rabi’ berkata; Telah menceritakan kepada kami Hammad; Telah menceritakan kepada kami Ayyub dari Abu Qilabah dari Anas dia berkata; Pada suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bepergian (dengan diikuti para wanita), sedangkan pengawalnya adalah seorang budak hitam yang bernama Anjasyah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya; ‘Hai Anjasyah, pelan-pelan (hati-hati) jika mengawal para wanita.’ Dan telah menceritakan kepada kami Abu Ar Rabi’ Al ‘Ataki dan Hamid bin ‘Umar serta Abu Kamil mereka berkata; Telah menceritakan kepada kami Hammad dari Tsabit dari Anas dengan Hadits yang serupa.
حَدَّثَنَا أَبُو الرَّبِيعِ الْعَتَكِيُّ وَحَامِدُ بْنُ عُمَرَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَأَبُو كَامِلٍ جَمِيعًا عَنْ حَمَّادِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ أَبُو الرَّبِيعِ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ وَغُلَامٌ أَسْوَدُ يُقَالُ لَهُ أَنْجَشَةُ يَحْدُو فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَنْجَشَةُ رُوَيْدَكَ سَوْقًا بِالْقَوَارِيرِ و حَدَّثَنَا أَبُو الرَّبِيعِ الْعَتَكِيُّ وَحَامِدُ بْنُ عُمَرَ وَأَبُو كَامِلٍ قَالُوا حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ بِنَحْوِهِ

Dalam jihad belia Rasulullah masih perhatian istri.
Namun para istri pernah berbuat kekeliruan kepada Rasulullah
Andai para suami memiliki nanah dan istri menjilati nanah suami belum akan mampu memenuhi hak sang suami, akibat kekurangan akal dengan ibadah dan ilmu. Suami wajib menutupi agar istri tidak kufur pada suami. Rasulullah bersabda jikalau boleh sujud antara manusia ke manusia maka akan disuruh sujud istri kepada suami.

 

Dalam Al-Musnad dari Anas z bahwasanya Nabi n bersabda:

لاَ يَصْلُحُ لِبَشَرٍ أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ، وَلَوْ صَلَحَ لِبَشَرٍ أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا مِنْ عِظَمِ حَقِّهِ عَلَيْهَا، وَاَّلذِي نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ كَانَ مِنْ قَدَمِهِ إِلَى مَفْرَقِ رَأْسِهِ قَرْحَةً تَجْرِي بِالْقَيْحِ وَالصَّدِيْدِ، ثُمَّ اسْتَقْبَلَتْهُ فَلحسَتْهُ مَا أَدّّتْ حَقَّهُ
“Tidaklah pantas bagi seorang manusia untuk sujud kepada manusia yang lain. Seandainya pantas/boleh bagi seseorang untuk sujud kepada seorang yang lain niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya dikarenakan besarnya hak suaminya terhadapnya. Demi Zat yang jiwaku berada di tangannya, seandainya pada telapak kaki sampai belahan rambut suaminya ada luka/borok yang mengucurkan nanah bercampur darah, kemudian si istri menghadap suaminya lalu menjilati luka/borok tersebut niscaya ia belum purna menunaikan hak suaminya.”6
Dalam Al-Musnad dan Sunan Ibni Majah, dari Aisyah x dari Nabi n, beliau bersabda:
لَوْ أَمَرْتُ أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا، وَلَوْ أَنَّ رَجُلاً أَمَرَ امْرَأَتَهُ أَنْ تَنْقُلَ مِنْ جَبَلٍ أَحْمَرَ إِلَى جَبَلٍ أَسْوَدَ، وَمِنْ جَبَلٍ أَسْوَدَ إِلَى جَبَلٍ أَحْمَرَ لَكاَنَ لَهَا أَنْ تَفْعَلَ
“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada seorang yang lain niscaya aku akan memerintahkan istri untuk sujud kepada suaminya. Seandainya seorang suami memerintahkan istrinya untuk pindah dari gunung merah menuju gunung hitam dan dari gunung hitam menuju gunung merah maka si istri harus melakukannya.”7
Demikian pula dalam Al-Musnad, Sunan Ibni Majah, dan Shahih Ibni Hibban dari Abdullah ibnu Abi Aufa z, ia berkata:
لمَاَّ قَدِمَ مُعَاذٌ مِنَ الشَّام ِسَجَدَ لِلنَّبِيِّ n فَقَالَ: مَا هذَا يَا مُعَاذُ؟ قَالَ: أَتَيْتُ الشَّامَ فَوَجَدْتُهُمْ يَسْجُدُوْنَ لِأَسَاقِفَتِهِمْ وَبَطَارِقَتِهِمْ، فَوَدِدْتُ فِي نَفْسِي أَنْ تَفْعَلَ ذَلِكَ بِكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ .فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ n: لاَ تَفْعَلُوا ذَلِكَ، فَإِنِّي لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِغَيْرِ اللهِ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ تُؤَدِّي الْمَرْأَةُ حَقَّ رَبِّهَا حَتَّى تُؤَدِّيَ حَقَّ زَوْجِهَا، وَلَوْ سَأََلَهَا نَفْسَهَا وَهِيَ عَلَى قَتَبٍ لَمْ تَمْنَعْهُ
Tatkala Mu’adz datang dari bepergiannya ke negeri Syam, ia sujud kepada Nabi n, maka beliau menegur Mu’adz, “Apa yang kau lakukan ini, wahai Mu’adz?”
Mu’adz menjawab, “Aku mendatangi Syam, aku dapati mereka (penduduknya) sujud kepada uskup mereka. Maka aku berkeinginan dalam hatiku untuk melakukannya kepadamu, wahai Rasulullah.”
Rasulullah n bersabda, “Jangan engkau lakukan hal itu, karena sungguh andai aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada selain Allah niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, seorang istri tidaklah menunaikan hak Rabbnya sampai ia menunaikan hak suaminya. Seandainya suaminya meminta dirinya dalam keadaan ia berada di atas pelana (hewan tunggangan) maka ia tidak boleh menolaknya8.”

Emasipasi wanita dan kaum feminis cenderung menyudutkan Islam menganggap bahwa islam sangat patriarki dan menindas para wanita setendah rendahnya. Namun bertolak belakang dengan fakta realitas di kehidupan teladan kita Rasulullah -shalawat dan salam untuk baginda- adalah antara kewajiban dan hak suami atau istri. Bahkan kaum Kufar berpendapat semua berhak memimpin tanpa ada pemimpin dan inilah yang diadopsi sebagian besar keluarga di Indonesia hal ini bertentangan dengan alam bahwa laki laki sebagai pemimpin para wanita maka kita lihat kehancuran keluarga dimana-mana.
Semakin baik orang shalih semakin baik rumahtangganya butuh waktu untuk berubah tidak instan cepat kilat untuk istri berubah, contohnya seperti hadits tentang Hanzalah.

 

“Hanzalah telah munafik! Hanzalah telah munafik!”

“Hanzalah telah munafik! Hanzalah telah munafik!” lantun Hanzalah pada dirinya. Kakinya mengerah cepat ke Masjid. Nabi pasti ada disana fikirnya. Riak ketakutan dan secebis penyesalan terlukis diwajahnya.

“Hanzalah telah munafik! Hanzalah telah munafik!”Diulangnya beberapa kali. Sedang dalam perjalanan, Hanzalah berselisih dengan Saidina Abu Bakar As Siddiq. Saidina Abu Bakar terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Hanzalah tersebut.

“Apakah yang telah kau katakan ini wahai Hanzalah?”  Tanya Abu Bakar

“Wahai Abu Bakar, ketahuilah Hanzalah telah menjadi munafik. Aku ketika bersama Rasulullah aku merasakan seolah-olah syurga dan neraka itu sangat hampir padaku. Aku menangis kerana takutkan neraka.”

“Namun. Dirumah aku ketawa riang bersama anak-anak dan isteriku . Hilang tangis aku bersama Rasulullah.”

“Aku telah menjadi munafik!”  Ujar Hanzalah sambil teresak-esak bimbangkan akan dirinya.

Saidina Abu Bakar terkejut.

“Kalau begitu aku pun munafik. Aku pun sama denganmu wahai Hanzalah.”

Lantas, kedua-dua sahabat ini bersama-sama menemui Rasulullah. Tangisan tidak berhenti. Mereka benar-benar ketakutan. Takut pada Allah. Takut azab neraka yang sedia menunggu para munafik.

Hati mereka gementar.

Sesampainya di hadapan Rasulullah, Hanzalah bersuara.

“Wahai Rasulullah, Hanzalah telah munafik.”

Rasulullah bertanya. “Kenapa?”

“Ketika aku bersamamu ya Rasulullah, aku merasakan seolah-olah syurga dan neraka itu sangat hampir. Lantas air mataku mengalir. Tapi, dirumah aku bergurau senda keriangan bersama anak-anak dan isteriku . Tidakkah aku ini seorang munafik ya Rasulullah”

Rasulullah tersenyum.

Lantas baginda bersabda,

“Demi yang jiwaku di tanganNya andai kalian tetap seperti kalian di sisiku dan terus berzikir nescaya para malaikat akan berjabat tangan kalian, sedang kalian berada di atas tempat tidur dan di jalan raya, akan tetapi wahai Hanzalah, ada waktumu (untuk beribadah) dan ada waktumu (untuk duniamu)”. – HR. Muslim

Manusia merasa tidak pernah cukup manusia mendengar ilmu agama karena manusia memiliki sifat gampang lupa. Karena manusia faham kadar diri sndiri yang gampang lupa dan sangat lemah. Tekun dan sabar mendidik istri adalah syarat mendidiknya. Rasulullah juga mengetuk pintu keluarga anaknya Fatimah demi mengetahui sudahkah ibadah dilaksanakan? Shalat Ingatkan pula istri bahwa yang dibawa mati bukan perhiasan harta benda namun yang dibawa mati adalah amalan kepada suami dan anak-anak. Suami dan istri akan bersama sama di syurga kelak. InsyaAllah ini harapan kita semuanya … Aamiin