Muhammad bin Idris Asy Syafi’i (yang terkenal dengan Imam Syafi’i), beliau berkata,

“Perkataan dalam As Sunnah yang aku dan pengikutku serta pakar hadits meyakininya, juga hal ini diyakini oleh Sufyan, Malik dan selainnya : “Kami mengakui bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah. Kami pun mengakui bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Sesungguhnya

Allah berada di atas ‘Arsy-Nya yang berada di atas langit-Nya, namun walaupun begitu Allah pun dekat dengan makhluk-Nya sesuai yang Dia kehendaki. Allah Ta’ala turun ke langit dunia sesuai dengan kehendak-Nya.” Kemudian beliau rahimahullah menyebutkan beberapa keyakinan (i’tiqod) lainnya.

[Lihat Itsbatu Shifatul ‘Uluw, hal. 123-124. Disebutkan pula dalam Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghofar, hal.165]

Ahli supranatural  Ki Joko Bodo menerawang,  ambruknya jembatan Tenggarong atau jembatan Mahakam II, dikarenakan, saat dibangun tak ada tumbal kepala kerbau. “Kalaupun dibangun lagi, tanpa tumbal kepala kerbau, pastilah akan ambruk lagi. Kepala kerbau, harus jadi tumbal bagi jembatan Tenggarong, sekaligus sebagai spirit,” katanya.

Cobalah lihat perkataan paranormal, alias dukun, yang jauh dari agama. Bagaimana Islam menilai perihal tumbal ini ketika membangun jembatan atau rumah?

tumbal jembatanSyaikhuna –guru kami- Dr. Sholeh bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan, anggota Al Lajnah Ad Daimah (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) dan ulama senior di Riyadh KSA diajukan pertanyaan:

Sebagian orang ketika ingin membangun rumah, ia menyembelih domba atau kambing sebagai tumbal. Dan ia berkata bahwa tumbal ini untuk mengokohkan pondasi dan bangunannya.

Syaikh hafizhohullah menjawab,

Ini jelas termasuk perbuatan syirik kepada Allah karena sebenarnya yang dilakukan adalah menyembelih untuk jin. Karena keyakinan mereka bahwa hewan tadi sebagai tumbal penunggu rumah, atau penunggu perusahaan atau pabrik dari kalangan jin dan hal ini dilakukan ketika peletakkan batu pertama. Mereka berkata: ini akan bermanfaat untuk kelangsungan pabrik tersebut. Padahal perbuatan seperti ini adalah syirik kepada Allah. Karena tumbal untuk jin dan hal ini diperintahkan oleh jin yang menyatakan bahwa tumbal tersebut akan bermanfaat nantinya. Sungguh orang yang menyembelih dan ditujukan pada selain Allah, berarti ia telah berbuat syirik. Dalam hadits disebutkan,

وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللَّهِ

Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah” (HR. Muslim no. 1978)

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam” (QS. Al An’am: 162). Yang dimaksud nusuk adalah sembelihan dan dalam ayat ini digandengkan dengan perkara shalat. Sebagaimana seseorang tidak boleh shalat kepada selain Allah, begitu pula dalam hal menyembelih.

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah (menyembelihlah)” (QS. Al Kautsar: 1). Menyembelih dalam ayat ini digandengkan dengan shalat.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa menyembelih adalah suatu ibadah dan seseorang tidak boleh beribadah pada jin atau setan, walaupun dinyatakan hal itu akan mendatangkan manfaat, atau menganggap setan bisa menjauh dari rumah dan semisal itu. Ini adalah keyakinan batil dan termasuk syirik kepada Allah, serta termasuk meminta tolong pada setan.

Kita mohon kepada Allah keselamatan.

[Risalah As Sihr wa Asy Sya’wadzah, Syaikh Dr. Sholeh bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan, terbitan Darul Qosim, tahun 1427 H, hal. 54-55]

Jembatan bisa utuh dan kuat bukan karena tumbal, itu semua bisa jadi karena banyaknya dosa, sehingga datanglah berbagai cobaan dari Allah.

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuraa: 30)

Ali bin Abi Tholib –radhiyallahu ‘anhu- mengatakan,

مَا نُزِّلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ

Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat.” (Al Jawabul Kaafi, hal. 87)

Ibnu Rojab Al Hambali –rahimahullah- mengatakan,
“Tidaklah disandarkan suatu kejelekan (kerusakan) melainkan pada dosa karena semua musibah, itu semua disebabkan karena dosa.” (Latho’if Ma’arif, hal. 75)

Sehingga saatnya merubah diri, jangan selalu menyalahkan tumbal.

إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar Ro’du: 11)

Begitu pula kadang dana jembatan ini sudah disunat (dikorupsi) terlebih dahulu, sehingga kualitas jembatan jauh dari standar yang diinginkan.

Tugas kita adalah berusaha semaksimal mungkin ketika membangunnya dan mencari usaha yang halal serta tawakkal pada Allah. Segalanya menjadi mudah dengan tawakkal. Bukan malah menyatakan ambruknya karena tidak ada tumbal, karena ujung-ujungnya mengarah kepada kesyrikan dan kekufuran.

Semoga Allah melindungi kita dari segala macam kesyirikan dan meluruskan pemahaman kita untuk selalu mentauhidkan-Nya. (*)

@ Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 5 Rabi’ul Awwal 1433 H

http://www.rumaysho.com

foto : tribunnews.com

Oleh : Musni Japrie al-Pasery

Setiap orang yang memiliki darah keturunan suku Banjar pasti mengetahui bahwa dalam budaya yang diwarisi dari para nenek moyangnya ada tradisi yang masih melekat dalam kehidupan sebagian orang yang tidak mudah dilupakan dan ditinggalkan . Terutama dalam menjalani acara-acara hajatan yang melibatkan keluarga, tetangga, handai taulan maupun para kerabatnya, seperti acara perkawinan, memberi nama bayi (tasmiyah) dan naik ayunan, selamatan menempati rumah baru, mandi-mandi 7 bulanan bagi wanita hamil, serta banyak lagi yang lainnya. Bahkan untuk merias pengantinpun disediakan piduduk secara khusus pula.

Salah satu budaya yang menjadi tradisi tersebut yang sepertinya terus dilakoni itu diberi nama dalam bahasa banjar disebut dengan nama Piduduk.

Apakah piduduk itu ? Piduduk adalah berupa makanan yang terdiri dari beras biasa atau ketan secukupnya, yang dimasukkan dalam suatu wadah seperti baskom kecil, kemudian diatasnya diberi telur ayam satu butir, gula merah satu biji, pisang satu sisir, kelapa segar yang sudah dibuang sabutnya satu butir. Piduduk itu dilengkapi pula dengan sirih,. Pinang, gambir dan kapur serta rokok daun.Piduduk itu ditempatkan pada satu tempat tertentu yang dijadikan pusat acara, seperti dibawah/didekat pelaminan, atau kadang-kadang ada yang menempatkannyta dibawah ranjang pengantin, dibawah ayunan untuk acara naik ayunan bagi bayi, atau ditempatkan pada tempat-tempat yang dinilai strategis oleh yang menyediakannya.

piduduk tradisi syirik

Untuk apa piduduk itu disiapkan ?
Menurut cerita yang disampaikan orang-orang tua dulu, piduduk disediakan oleh kebanyakan mereka sebagai hidangan makanan bagi roh-roh /makhluk halus atau jin-jin dan syetan-syetan agar mereka tidak mengganggu atau menyakiti. Karena tanpa disediakan piduduk kaytanya sering terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Sepertinya misalnya calon pengantin yang menjadi kesurupan, perempuan yang hamil keguguran, anak-anak bayi yang sering sakit, bahkan katanya apabila pada saat tukang rias pengantian membersihkan bulu-bulu halus diwajah dan menghaluskan alis mata calon pengantin bisa terjadi kecelakaan dimana wajah calon pengantian b isa terluka tersayat silet atau pisau cukur.
Singkat cerita piduduk adalah syarat untuk minta perlindungan kepada sesuatu yang ghaib berupa roh-roh halus, penguasa bumi, para jin dan syetan atau segala bentuk macam yang dipercaya dapat membuat keburukan.

Ditinjau dari sudut tradisi budaya suku-suku lain yang ada di negeri ini, maka piduduk tidak lain adalah sesajen atau juga yang sering dinamakan dengan ancak untuk beberapa suku pedalaman seperti suku Dayak di Kalimantan .

Dilihat dari segi syari’at agama perbuatan yang mempercai adanya kekuatan lain yang dapat menimbulkan kemudharatan dan dapat memberian perlindungan kepada manusia sebagai makhluk adalah suatu perbuatan yang sama dengan mengadakan tandingan atas Allah Yang Maha Esa. Kepercayaan ini dinamakan syirik. Karena syirik itu tidak hanya sebatas menyembah atau sujud kepada selain Allah Subhanahu Wata’ala, tetapi segala macam perbuatan yang mengarah kepada pengakuan adanya kekuatan dan kekuasaan lain yang menyamai kekuasaan dan kekuatan Allah Subhanahu Wata’ala dikatagorikan dengan syirik.

Islam telah mensyari’atkan sebagai kewajiban yang mutlak tanpa bisa ditawar-tawar bagi setiap pemeluknya untuk mentauhidkan Allah Yang Maha Esa, baik tauhid Uluhiyah yaitu mengesakan Allah Subhanahu Wata’ala dengan segala bentuk ibadah yang lahir maupun bathin, dalam wujud ucapan maupun perbuatan, lalu menolak segala bentuk ibadah terhadap selain Allah Ta’ala bagaimanapun bentuk dan perwujudannya.

Islam juga mensyari’atkan kewajiban mutlak bagi pemeluknya untuk mentauhidkan Allah dalam tauhid Rububiyah, yaitu pengakuan sejati bahwa Allah adalah Rabb dari segala sesuatu dan raja dari segala sesuatu,pencipota dan pemelihara segala sesuatu, yang berhak mengatur segala sesuatu. Allah tidak memilki sekutu dalam kekuasaannya, tidak ada yang menolong-Nya, karena Dia Lemah ( tapi justeru Dia Maha Mampu), Tidak ada yang bisa menolak keputusan-Nya. Tidak ada yang bisa melawan-Nya, tidak ada yang bisa menandingi-Nya. Tidak ada yang bisa nenentang-Nya

Syaikh Al- Allamah Hafizh bin Ahmad Al-Hikami dalam buku Pintar Aqidah Ahlussunnah, menyebutkan bahwa kebalikan/lawan dari tauhid Uluhiyah adalah syirik.Syirik sendiri ada dua macam,pertama adalah syirik besar yang berlawanan secara totalitas dengan tauhid uluhiyah. Yang kedua adalah syirik kecil yang bisa merusak kesempurnaan tauhid..
Selanjutnya dijelaskan dalam buku tersebut bahwa syirik besar terjadi apabila seorang hamba menjadikan selain Allah sebagai sekutu-Nya yang ia menyamakannya dengan Rabbul ‘alamin, mencintainya seperti mencintai Allah, takut kepadanya seperti takutnya kepada Allah.minta perlindungan dan berdoa kepadanya . Takut dan berharap kepadanya, mencinta dan bertawakkal kepadanya, menaatinya dalam bermaksiat kepada Allah, atau mengikutinya meski berlawanan dengan keridhaan Allah.

Atas dasar itu maka bandingkanlah apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang-orang Banjar yang mempunyai tradisi menyediakan piduduk bagi roh-roh halus, ghaib, jin dan syetan atau sesuatu yang dianggap dapat mendatangkan marabahaya/kemudharatan kalau tidak diberikan piduduk, dan akan terlindungi oleh mereka apabila disediakan piduduk. Sangatlah jelas dan nampak terang benderang tidak terselubung bahwa apa yang diperbuat itu suatu kesyirikan besar.

Sungguh manusia sudah berbuat keterlaluan dan melakukan sesuatu yang tidak ada tuntunannya kecuali hanya sekedar mengikuti hawa nafsu yang didalamnya ada bisikan dan godaan syetan yang dilaknat, dan itu mereka lakukan berdasarkan tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang yang masih jahiliyah, tidak kenal akan tauhid, atau mereka ikuti dari meniru perbuatan orang-orang non muslim.

Mengingat bahwa perbuatan tradisi kebanyakan orang banjar dengan menmyediakan piduduk sebagai bentuk persembahan kepada makhluk selain Allah, maka ini merupakan syirik yang digolongkan dalam syirik besar (akbar). Karena dalam syirik akbar ini seseorang hamba menjadikan selain Allah sebagai sekutu-Nya yang ia menymakannya dengan Rabbul ‘alamin, mencintainya seperti mencintai Allah, takut kepadanya seperti takutnya kepada Allah, minta perlindun gan dan berdoa kepadanya.

Mereka-mereka yang terbiasa dengan pekerjaan berbuat syirik kepada Allah dengan menyediakan piduduk, diancam oleh Allah berupa ancaman tidak akan diberikan ampunan, sebagaimana dengan melakukan perbuatan dosa lainnya sdelain syirik. Ini ditegaskan dalam al-Qur’an surah An- Nisaa ayat 48 :

إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.

Terhadap orang-orang yang berbuat syirik disebut Allah sebagai orang yang tersesat sejauh-jauhnya sebagaima bunyiAl-Qur’an surah An-Nisaa’ ayat 116 :

وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا

Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.

Orang-orang yang melakukan kesyirikan seperti mereka-mereka sebagian orang-orang banjar yang membuat piduduk diancam oleh Allah SubhanahuWata’ala dengan hukuman api neraka, sebagaimana yang tercantum dalam al-Qur’an surah Al-Maa-idah ayat 72 :

إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ

Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.

Kepada mereka-mereka akhlus syirik yang meskipun tanpa sadar telah melakukan kesyirikan kartena kejahilannya terhadap ilmu agama, maka tidak ada cara lain yang harus dipilih dan ditempuh kecuali melakukan taubat.meminta ampun atas prilaku sesat yang telah dilakukan, karena taubat dapat menghapus segala dosa, karena Allah telah menjanjikannya dalam Al-Qur’an sesuai dengan yang tercantum dalam surah Az-Zumar ayar53:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa ] semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Menurut Allah Ta’ala setiap orang bertaubat niscaya mendapatkan ampunan termasuk mereka yang melakukan kesyirikan, asalkan mereka bertaubat sebelum nafasnya tinggal ditenggorokan ( sebelum ajal/kematian ) dan matahari terbit dari sebelah barat (kiamat). Apabila mati dalam keadaan syirik dan tidakbertaub at sebelumnya maka Allah tidak akan mengampuninya lagi. ( Wallaahu Ta’ala ‘alam )

Sumber bacaan :

1. Al-qur’an dan terjemahan , salafi DB program.
2. Tazkiyatun Nafs, Syaikhul IslamIbnu Taimiyah.
3. Buku Pintar Aqidah Ahlussunnah , Syaikh Al-Alamah Hafizh bin Ahmad Al-Hikamah.

Diselesaikan, menjelang zhuhur, Sabtu,23 Dzulkaidah 1431 H/ 30 Oktober 2010.

O l e h : Musni Japrie al- Pasery.

Allah Ta’ala berfirman :

“ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik , dan Dia mengampuni segala dosa selain syirik itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya . Barang siapa yang mepersekutuikan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. ( QS.An-Nisaa’ : 48 )”

Sebagian terbesar dari masyarakat muslim sementara ini menterjemahkan pengertian syirik hanya dalam arti yang sempit, yaitu berkaitan dengan pengertian uluhiyah atau penyembahan hanya dilakukan semata untuk Allah. Padahal syirik sebenarnya tidak hanya terbatas pada melakukan penyembahan kepada selain Allah , melainkan mempunyai pengertian dan aspek yang luas .

Karena keterbatasan memaknai syirik ini, tanpa disadari banyak orang, yang telah terjerumus kedalam lembah syirik yang dimensinya cukup luas. Salah satu contoh yang termasuk kedalam syirik ini adalah tathoyyur.takdir syirikPada tulisan berikut ini diketengahkan secara sekilas pandang tentang tathoyyur yang banyak dilakoni orang terhadap kasus menabrak mati hewan kucing yang akan mengakibatkan malapetaka kepada pihak yang menabrak. Sungguh anggapan dan keyakinan sedemikian sebenarnya juga termasuk kepada syirik.

Beberapa waktu yang lalu, ketika saya baru saja keluar dari pekarangan masjid setelah sholat ashar , sebuah mobil truck berhenti tidak jauh dari saya dan sisopir turun langsung mendekat seraya mengucapkan salam sambil menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan , salamnya langsung saya jawab begitu pula uluran tangannya . Tanpa basa basi si sopir langsung meminta tolong agar dapat membacakan doa tolak bala pada air untuk selanjutnya disiramkan kepada trucknya, karena yang bersangkutan telah menabrak seekor kucing hingga mati. Kucing yang ditabrak ujarnya sudah dikubur dengan terlebih dahulu dibungkus dengan menggunakan baju kaos dalamnya.

Kepada si sopir saya b ertanya kenapa harus dibacakan doa tolak bala dan apa hubungannya dengan kematian kucing yang telah ditabraknya.

Si sopir kembali menjelaskan bahwa umumnya orang-orang, terutama dikalangan sopir banyak yang mempercayai bahwa apabila menabrak kucing sampai mati apabila tidak dilakukan acara selamatan dan tolak bala, maka sisopir akan mendapatkan malapetaka , seperti mendapatkan kecelakaan dijalan berupa tabrakan sesama kendaraan.

Keyakinan ini katanya diwarisi dari orang-orang tua, secara turun temurun dan dipercayai penuh oleh para pengendara. Konon katanya seringnya terjadinya peristiwa kecelakaan yang menimpa banyak kendaraan dikarenakan sebelumnya sipengendara telah menabrak seekor kucing, namun tidak dilakukan selamatan untuk menolak bala.

Setelah mengikuti secara seksama apa yang diceritakan oleh si sopir ,saya meminta maaf, karena saya tidak bisa menolongnya untuk membacakan doa tolak bala atas trucknya tersebut, karena itu berkaitan dengan aqidah. Si sopir agak terkejut mendengar jawaban dari saya , dan untuk menghindarkan kesalah pengertian , maka saya menambahkan penjelasan kepadanya , bahwa sebenarnya terjadi nya kecelakaan pada kendaraan lebih disebabkan karena kelalaian si pengendara, dan bila dikembalikan ke agama maka itu adalah ketentuan yang sudah digariskan Allah Yang Maha Menentukan segalanya. Mempercayai bahwa terjadinya kecelakaan sebagai akibat dari menabrak kucing maka kita telah melakukan kesyirikan.

Keselamatan para pengendara kendaraan b erada ditangan Allah Yang Maha Pemberi Keselamatan, karenanya kita harus bertawakkal kepada Allah. Untuk itu hendaknya setiap akan keluar rumah Rasullulah shallalahu ‘alaihi wa sallam telah mengajari kita untuk membaca doa bertawakkal kepada Allah Azza’ Jawallaa, begitu juga ketika naik keatas kendaraan ada pula doanya, dan Insya Allah , meskipun berulang-ulang menabrak kucing hingga mati, tidak akan terjadi kecelakaan.

Adanya kecelakaan , setelah menabrak kucing hingga mati, itu berkaitan dengan sugesti saja, karena setelah terjadinya peristiwa menabrak kucing hingga mati yang tidak diikuti dengan tradisi tolak bala, si sopir/pengendara selalu kepikiran kepada kemungkinan terjadinya kecelakaan sehingga tidak konsentrasi dalam mengendarakan.

Apabila meyakini kecelakaan pada kendaraan akibat karena menabrak kucing, itu sama saja dengan meyakini penyebab kecelakaan adalah si kucing yang telah ditabrak mati, dan itu sudah termasuk syirik. Karena menyamakan kedudukan kucing yang mati itu sama dengan kedudukan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menakdirkan terjadinya kecelakaan tersebut.

Mengakhiri penjelasan dan tausyiah sayua kepada sopir tersebut saya katakan agar segera membuang jauh-jauh kepercayaan yang tidak semestinya itu dan jangan mempercayai hal-hal yang berbau takhayul dan khurafat , karena semua itu adalah kebohongan besar.

Sebagian terbesar dari masyarakat muslim sementara ini menterjemahkan pengertian syirik hanya dalam arti yang sempit, yaitu berkaitan dengan pengertian uluhiyah atau penyembahan hanya dilakukan semata untuk Allah. Padahal syirik sebenarnya tidak hanya terbatas pada melakukan penyembahan kepada selain Allah , melainkan mempunyai pengertian dan aspek yang luas .

Karena keterbatasan memaknai syirik ini, tanpa disadari banyak orang, yang telah terjerumus kedalam lembah syirik yang dimensinya cukup luas. Salah satu contoh yang termasuk kedalam syirik ini adalah tathoyyur. Sebagaimana cerita nyata yang dikemukan diatas.

1.Pengertian T a u h i d.

Sebelum memasuki pokok pembicaraan mengenai syiriknya tathoyyur maka dipandang perlu terlebih dahulu secara sepintas untuk mengemukakan pengertian tauhid, sebagai lawannya syirik.

Dalam buku buku Ensiklopedi Islam Al-Kamil , Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abddullah At- Tuwairiji menulis sebagai berikut : tauhid adalah keyakinan seorang hamba,bahwa Allah itu Esa dan tidak ada sekutu bagi-, Nya, baik dalam Rububiyyah, uluhiyyah, asma ( nama-nama) dan sifatnya.

Yakni ,hendaknya seorang hamba meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah sajalah Tuhan dan Pemilik atas segala sesuatu . Dialah satu-satunya Sang Pencipta dan Pengatur alam semesta. Dialah yang berhak untuk disembah tidak sekutu bagi-Nya,dqan setaip sesembahan selain-Nyaadalah bathil . Dia memiliki sifat yang penuh dengan kesempurnaan dan suci dari segala aib kekurangan, serta baginya Asma’ Al-Husna ( nama-nama yang bagus ) dan sifat-sifat yang Maha Tinggi

Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab Attamimi rahimahullah dalam kitab Tauhid, mengutip beberapa firman Allah yang berkenaan dengan tauhid ini,yaitu antara lain :

Firman Allah Ta’ala dalam QS. Al- Isro : 22 :

“ Janganlah kamu adakan ilah yang lain disamping Allah, agar kamu tidak tercela dan tidak ditinggallkan ( Allah ) “

Firman Allah dalam QS.Al-Isro : 39 :

“ Dan janganlah kamu mengadakan ilah yang lain disamping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan ( dari rahmat Allah ).”

1.1. Tauhid Rububiyah.

Yakni , hendaknya seseorang hamba meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah Tuhan Sang Pencipta, yang Menguasai dan Mengatur alam ini, yang Sempurna dalam Zat-Nya, asma’ da sifatnya serta af’al ( perbuatan)-Nya , yang Maha Mengetahui segala sesuatu, ilmu-Nya meliputi segala sesuatu , ditangan-Nya kerajaan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Dalam tauhid rububiyah ini lah yang wajib kita imani bahwa Allah telah menakdirkan segala bentuk kejadian baik yang bersifat baik maupun buruk kepada umat manusia.

1.2.Tauhid Uluhiyah.

Disebut juga dengan tauhid ibadah, yaitu mengesakan Allah dan setiap bentuk ibadah seperti doa, shalat, takut (khauf) , harap ( raja), dan semisalnya.

Yakni hendaknya seorang hamba meyakini dengan sepenuh hati bahwa hanya Allah yang memiliki ke-uluhiyah-an ( ketuhanan ) atas semua ciptaannya, dan hanya Dia-lah yang berhak untuk disembah. Maka tidak boleh sedikitpun memalingkan sesuatu pun dari bentuk-bentuk ibadah seperti doa, sholat ,mohon pertolongan , tawakkal, takut,pengharapan, pengorbanan, nazar dan semitsalnya kecuali hanya untuk Allah semata, maka ia telah musyrik dan kafir, sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam QS.Al-Mukminun : 117 :

“ Dan barang siapa menyembah ilah yang lain disamping Allah,padahal tidak ada satu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tidak beruntung”

1.3.Tauhid Asma dan Sifat ( Asma’wal sifat ).

Tauhid asma dan sifat adalah mengesakan Allah dengan segala yang menjadi milik-Nya berupa nama dan sifat. Mengesakan dalam hal ini adalah dengan menetapkan apa-apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi zat-Nya , dan apa-apa yang telah ditetapkan oleh Rasul-Nya shallalahu ‘alaihi wa sallam berupa asma dan sifat dengan tanpa melakukan perubahan, penyerupaan, penghapusan, dan rekayasa . Semua itu dicakup oleh firman ASllah Ta’ala dalam QS. Asy-Syura : 11 ):

“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar dan Melihat. “

2.Pengertian Syirik.

Dalam buku Ensiklopedi Insan Kamil, syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijuri menyebutkan, definisi syirik adalah menyekutukan Allah Ta’ala dalam rububiyah-Nya, uluhiyah-Nya, asma ( nama-nama ) dan sifat-Nya, atau salah satunya. Jika seorang hamba meyakini bahwa ada sang Pencipta atau sang Penolong selain Allah, maka ia telah musyrik. Jika ia berkeyakinan bahwa ada tuhan selain Allah yang berhak disembah, maka ia telah musyrik. Dan ia berkeyakinan bahwa ada yang menyerupai Allah dalam asma’ ( nama ) dan sifat-Nya, maka ia telah musyrik.

Dari definisi yang disebutkan diatas, maka siapa saja yang meyakini bahwa keburukan dalam segala bentuknya baik berupa kecelakaan disebabkan oleh selain Allah adalah musyrik. Sama halnya dengan adanya sebagian orang muslim yang meyakini bahwa apabila menabrak mati kucing akan mendapatkan kecelakaan,maka ia termasuk kedalam orang-orang menyekutukan Allah dalam rububiyah-Nya.

2.1. Bahaya Syirik.

Fuad bin Abdul “Aziz Asy-Syahub dalam bukunya Kumpulan Kultum Setahun , mengatakan bahwa : dosa terbesar yang menjadi kemaksiatan kepada Allah Ta’ala adalah syirik besar. Karenanya segala amal gugur. Sehingga harga diri dan darah dihalalkan. Taubat karena hal itu adalah sesuatu yang paling wajib dilakukan. Sehingga karenanya Allah Ta’ala tidak akan menerima amal yang shalih seberapun besarnya.

Allah Ta’ala berfirman dalam QS.An-Nisa : 48 :

“ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari ( syirik ) itu,bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mem persekutukan Allah, maka sungguh dia telah berbuat dosa yang besar “

Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syaikh dalam bukunya Fathul Majid Penjelasan Kitab Tauhid ( Membersihkan Akidah dari Racun Syirik )

Mengemukan bahwa : Syirik adalah menyerupakan mahluk dengan Al-Khalik ( Allah ) Subhanahu Wa Ta’ala dalam hal-hal merupakan sifat khusus Illahi, yang merupakan kemahakuasaan menjadikan bahaya dan mengaruniakan manfaat , memberi dan menahan pemberian. Yang mengharuskan ketergantungan berdoa, rasa takut, berharap, bertwakkal dan macam-macam ibadah lainnya kepada Allah saja.

Kemudian disebutkan juga bahwa barang siapa menggantungkan hal tersebut kepada mahluk itu dengan Allah, maka ia telah menyerupakan makhluk dengan Allah.

Ketahuilah bahwa orang-orang yang syirik sangat dibenci oleh Allah dan diusir dari rahmat Alllah . Allah tidak akan menerima apa yang dipersembahkan atau apa yang dia jadikan tebusan, dan surga haram baginya.

Allah Ta’ala berfirman dalam Qur’an Surah Al-Maidah: 72 :

“Penolong Sesungguhnya orang yang mensekutukan ( sesuatu dengan ) Allah, pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya adalah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu serorang penolongpun”

2.2. Ber-Tathoyyur Termasuk Syirik.

Fuad bin Abdul ‘Aziz Asy- Syalhub menyebutkan dalam bukunya kumpulan Kultum Setahun, bahwa tathoyyur sebelumnya merupakan adat kebiasaan Arab masa Jahiliyah. Jika salah seorang dari mereka hendak memutuskan suatu perjalanan atau lainnya, maka ia melepaskan burung. Jika burung itu terbang menuju kearah kanan, maka akan memunculkan rasa opitimis dan jadi berangkat pergi. Sedangkan jika burungnya terbang ke arah kiri, maka memunculkan rasa pesimis, sehingga ia tidak jadi pergi. Maka penahanan diri dan pesimistis itu dinamakan tathoyyur.

Tathoyyur kadang-kadang juga dilakukan dengan cara menggunakan penglihatan kepada suatu pertanda sebagaimana yang disebutkan diatas. Atau dengan melihat pemandangan yang buruk atau pemandangan yang mengejutkan.

Tathoyyur juga bisa dengan mendengar apa yang bida didengar seperti dengan mendengar penyebutan kematian ketika dia telah siap untuk memulai perjalanan sehingga ia menahan diri untuk tidak jadi pergi.

Dari pengertian tathoyyur sebagaimana disebutkan diatas para ulama mengatakan kepercayaan apa saja yang berkaitan dengan sesuatu yang ditemui sebagai adanya sinyal akan terjadi sesuatu misalnya kecelakaan maka termasuk dalam tathoyur. Dengan demikian dengan mempercayai bahwa apabila menabrak kucing hingga mati , maka itu termasuk dalam tathoyyur.

Ditambahkan juga oleh Fuat bin Abdul Aziz Asy-Salhub, bahwa tathoyyur menafikan/meniadakan tauhid dari dua aspek :

l. Orang bertathoyyur memutuskan tawakkalnya kepada Allah dan bersandar kepada selain-Nya.

2.Orang bertathoyyur menggantungkan dirinya kepada sesuatu yang tidak memiliki hakikat.

Tathoyyur adalah syirik sebagaimana telah disampaikan oleh Rasullulah shallalahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau :

“Tathoyyur adalah syirik, tathoyyur adalah syirik, tathoyyur adalah syirik “

( beliau mengucapkannta sebanyak 3 kali ) ( Hadits riwayat Ibnu MJah dan Ibnuu Hibban).

Hadits tersebut menunjukkan harammnya bertathoyyur, yang juga menunjukkan bahwa hal itu termasuk syirik karena di dalamnya ada ketergantungan hati kepada selain Allah.

Dalam bukunya Fathul Majid syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syaikh mengatakan bahwa dalam shahih Muslim dari Muawilay bin Al-Hakam , bahwasanya ia berkata kepada Rasullulah shallalhu ‘alaihi wa sallam , “ Diantara kami ada orang-orang yang bertathoyyur. Beliau bersabda : “ Itu adalah sesuatu yang akan kalian temukan dalam diri kalian . akan tetapi janganlah engkau jadikan sebagai sesuatu penghalang bagimu.”

Dengan ini beliau mengabari bahwa rasa sial dan nasib malang yang ditimbulkan dari sikap tathoyyur ini hanya pada diri dan keyakinannya, bukan pada sesuatu yang ditathoyyurkan. Maka prasangka, rasa takut dan kemusyrikkannya itulah yang membuat nya bertathoyyur dan menghalangi dirinya, bukan apa yang dilihat dan apa yang didengarnya.

Rasullulah shallalahu ‘alaihi wa sallam kemudian menerangkan permasalahan tersebut kepada umatnya, dan beliau menerangkan kepada mereka tentang kesesatan tathoyyur supaya mereka tahu bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memberikan kepada mereka sesuatu alamat atau tanda atas kesialan , atau menjadikannya sebab bagi apa yang mereka takutkan dan khawatirkan. Juga supaya hati mereka menjadi tenang dan jiwa mereka menjadi damai di hadapan ke- Esaan Allah Yang Maha Suci.

Rasullulah shallalahu ‘qalaihi wa sallam telah mengikir kelengketan syirik dari hati mereka supaya, hati mereka bersih darinya dan tidak ternoda sama sekali dengan suatu amalan ahli neraka.

Maka siapa berpegang teguh kepada ikatan tauhid yang erat dan bertawakkal kepada Allah, b erarti ia telah memutus bisikan tathoyyur sebelum bersarang dalam jiwanya. Adapun tathoyyur hanyalah berburuk sangka kepada Allah dan menganggap akan ada bahaya yang akan turun.

Ibnu Muflih mengatakan mengenai Tathoyyur : yang lebih utama tathoyyur adalah haram, karena ia adalah syirik, dan bagaimana mungkin ada orang yang mengatakan syirik menjadi makruh. Dalam syarah As-Sunan, ia berkata : Tathoyyur dikatakan syirik , karena mereka meyakini dapat mendatangkan manfaat atau menolak bahaya jika mereka berbuat sesuai dengannya, seolah-olah mereka membuat sekutu kepada Allah Ta’ala.

Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri Kamil menegaskan bahwa tathoyyur termasuk jenis kemusyrikan karena menggantungkan diri kepada selain Allah, dengan meyakini adanya bencana yang datang dari makhluk –makhluk yang tidak mampu mendatangkan kemanfaatan dan kemudharatan. Sesungguhnya semua itu adalah gangguan dari syetan, dan hal itu menafikan (meniadakan) tawakkal kepada Allah.

Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahab At-Tamimi dalam buku beliau Prilaku & Akhlak Jahiliyah menyebutkan bahwa ath-thiyarah ( tathoyyur ) adalah karena ketergantungan kepada khurafat.

Berkaitan dengan adanya anggapan sebagian orang bahwa karena menabrak kucing hingga mati mengakibatkan kecelakaan bagi yang menabraknya, maka Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab At-Tamimi dalam kitab Tauhid telah mengutip firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-A’raf : 131 :

“ Ketahuilah sesungguhnya kesialan mereka itu hanyalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.”

Ditambahkan pula oleh beliau, bahwa Abu Dawud meriwayatkan dengan sanad shahih dari Uqbah bin ‘Amir, ia berkata : “ Thiyarah di sebut-sebut di hadapan Rasullulah shallalahu ‘alaihi wa sallam, maka beliaupun bersabda: “ Yang paling baik adalah Fa’l, dan (thiyarah tersebut ) tidak boleh menggagalkan seorang muslim ( dari niatnya ).Maka apabila salah seorang diantara kalian melihat sesuatu yang tidak disukai hendaklah ia berdoa : “ Ya Allah, tiada yang dapat mendatangkan kebaikan kecuali Engkau, tiada yang dapat menolak keburukan kecuali Engkau dan tiada daya serta kekuatan kecuali dengan pertolongan Mu”.

Dari beberapa dalil serta penjelasan yang dikemukakan oleh para ulama yang tersebut diatas ,maka secara tegas telah dinyatakan bahwa kita dilarang mempercayai segala sesuatu apa saja yang dapat dikatagorikan sebagai tathoyyur , tentunya termasuk disini mempunyai keyakinan apabila seseorang pengendara kendaraan bermotor menabrak mati kucing akan mendapatkan kecelakaan. Disebabkan karena tathoyyur itu haram dan syirik.

3.Segala Yang Menimpa Manusia, Baik Berupa Kebaikan Maupun Kemudharatan Sudah Ditentukan Dengan Takdir.

Qadar (* takdir ) adalah pengetahuan Allah yang ingin Dia wujudkan atau terjadi pada mahluk-Nya, alam semesta, kejadian dan segala sesuatu . Ketentuan tersebut dan penulisannya berada dalam Lauh Mahfuuzh. Qadar ( takdir ) merupakan rahasia Allah pada ciptaan-Nya yang tidak dapat diketahui sekalipun oleh malaikat terdekat maupun para Nabi yang diutus.

Iman kepada qadar (takdir ) adalah membenarkan dengan keyakinan yang kuat bahwa semua yang terjadi meliputi perkara yang baik maupun yang buruk serta segala sesuatu yang merupakan qada ( keputusan ) Allah dan qadar-Nya. Demikian yang dikemukakan oleh Syaikh Muhammad Bin Ibrahim Bin Abdullah At-Tuwaijiri.

Fuad bin Abdul Aziz Asy-Salhub menyebutkan bahwa iman kepada qadar adalah salah satu rukun iman yang enam.Tidak sah iman seseorang hingga dia berikrar dan beriman kepada qadar ( takdir).

Allah Ta’ala berfirman: “ Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”( QS.Al-Qamar : 49 ).

Firman Allah Ta”ala “

“ Tiada sesuatu musibah yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan barang siapa yang berIman kepada Alah ,niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu “ ( QS. At-Taghabun : 11 )

Allah Ta’ala juga berfiman :

“ Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku “ ( Al- Ahzab: 38 )

Dari beberapa firman Allah Ta’ala yang bertalian dengan qadar ( takdir ) yang tersebut diatas maka Iman kepada qadar ( takdir ) adalah mengimani bahwa semua yang ada tidak akan terjadi kecuali atas kehendak ( masyiah) dan keinginan ( iradah ) Allah, serta segala sesuatu terjadi karena keinginan Allah. Apayang diinginkan Allah pasti terjadi dan apa yang tidak dinginkan –Nya maka tidak akan ada,baik hal itu berhubungan dengan perbuatan Allah seperti mencipta,mengatur,menghidupkan, mematikan dan sebagainya, ataupun yang berhubungan dengan perbuatan makhluk-Nya berupa perbuatan,ucapan dan keadaan.

Selanjutnya mengenai takdir (qadar ) ini Ibnu Qayyim Al-Zaujiyah dalam buku beliau Qada dan Qadar mengemukakan bahwa penetapan takdir sebelum penciptaan Langit dan bumi. Sebagaimana yang diriwayatkan Imam Muslim,dari Abdullah bin Amr bin Asdh, ia bercerita, aku pernah mendengar Rasullulah shalalahu ‘alaihi wa sallam bersabda “

“ Allah telah menetapkan takdir makhluk ini sebelum Dia menciptakan langit dan bumi dalam jarak waktu lima puluh ribu tahun. Dan ‘Arsy-Nya diatas air “

Diriwayatkan pula oleh Ibnu Wahab bahwa Rasullulah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Barang siapa tidak beriman kepada qadar,baik dan buruknya,maka Allah akan membakarnya dengan api neraka, “

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Hadid -22 :

“ Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi ini dan tidak pula pada diri kalian sendiri melainkan telah tertulis di dalam kitab ( lauhul Mahfuz ) sebelum kami menciptakannya “

Berdasarkan dalil-dalil yang dikemukakan diatas, maka sangat ironis sekali bila ada sebagian orang-orang yang masih berpegang dan mempercayaai tathoyyur yang jelas-jelas keharamannya serta kesyirikannya. Termasuk dalam hal ini adalah mereka-mereka yang masih b erpegang dan mempercayai khurafat, yaitu seperti mempercayai anggapan bahwa apabila pengendara menabrak kucing hingga mati, maka sipengendara akan mendapatkan kemudharatan berupa kecelakaan.

Keyakinan dan kepercayaan seperti tersebut bertolak belakang dengan dalil-dalil syar’i, sehingga seharusnya segala kepercayaan kepada yang khurafat harus dibuang jauh-jauh.

Perlu disadari oleh orang-orang yang mengaku beriman bahwa , apabila setelah menabrak kucing hingga mati , kemudian tidak berapa lama kemudian si penabrak mendapat kecelakaan, maka sebenarnya yang berkerja dalam hal ini adalah takdir yang telah ditetapkan oleh Allah.Bukan disebabkan oleh kejadian matinya kucing tersebut. Peristiwa matinya kucing yang ditabrak dengan kecelakaan yang dialami oleh sipenabrak hanyalah suatu peristiwa kebetulan saja. Namun apabila didalam benak sipenabrak/pengendara timbul dugaan atau keyakinan kecelakaan tersebut akibat matinya kucing yang ditabrak, seyogyanya segera minta ampun dan bertaubat, karena ia telah berbuat syirik kepada Allah. Sebab apabila tidak segera bertaubat sampai ajal menjemput, maka Allah tidak akan mengampuninya.

Untuk tahu lebih banyak tentang apa saja yang termasuk syirik,maka semua muslim wajib menuntut ilmu syar’I sebagai fardu a’in ( kewajiban masing-masing individual.( Wallaahu Ta’ala ‘alam )

Bahan bacaan :

1. Al-Qur’an dan Terjemahan , Departemen Agama RI.

2. Shahih Muslim oleh Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Bani.

3. Shahih Bukhari oleh Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Bani.

4. Shahih Abu Dawud oleh Syaikh Muhammad Nashirudin Al-Bani.

5. Kitab Tauhid oleh Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab At- Ta’mimi.

6. Qada dan Qadar oleh Ibnu Qayyim Al-Zaujiyah.

7. Ensiklopedi Insan Kamil oleh Syaikh Muhammad Bin Ibrahim Bin Abdullah At-Tuwaijiri.

8. Kumpulan Kultum Setahun oleh Fuad Bin Abdul Aziz Asy-Salhub.

9. Fathul Majid oleh Syaikh Abdurrahman Hasan Alu Syaikh.

Samarinda, ba’da ashar 24 Rajab 1431 H/ 7 Juli 2010

Oleh : Musni Japrie al-Pasery.

Meskipun masyarakat Indonesia yang menurut angka statistik mayoritas penduduknya memeluk islam telah berada dalam abad ke XXI yang ditandai dengan kemajuan tekhnologi informasi, tetapi sangatlah disayangkan sebagian masyarakatnya masih melakukan tradisi-tradisi kepercayaan animisme dan dinamisme jahiliyah yang diwarisi dari leluhurnya.

Di setiap media massa baik media elektronik dan media cetak kita memperoleh informasi yang layak dipercayai , bahwa hampir pada setiap kesempatan dapat dilihat dan disaksikan adanya berbagai bentuk kegiatan tradisi ada istiadat serta budaya ditengah-tengah masyarakat yang diwarisi dari para leluhur terdahulu. Kegiatan mana terus dikembangkan dan dimasyarakatkan dengan dalih sebagai bentuk melestrarikan adat dan istiadat budaya leluhur.

Ironisnya lagi Pemerintah telah pula melegalkan dan merestuinya serta mendorong pelastarian tradisi adat istiadat budaya tersebut melalui Instansi resmi baik di pusat sampai kedaerah-daerah.
syirik ibadah

Namun sangat disayangkan sebagian besar masyarakat muslim yang turut aktif dalam melestarikan warisan budaya leluhur tersebut tidaklah cukup jeli melihatnya dari tinjauan kacamata aqidah yang berlandaskan kepada al-Qur’an dan as-Sunnah.

Perhatikanlah secara sungguh-sungguh dengan pertimbangan nalar dan akal yang positif dan adil tanpa kecurigaan, bahwa sebenarnya sebagian terbesar tradisi adat istiadat dan budaya yang dilakukan ditengah-tengah masyarakat dalam beragam bentuk kegiatan, dapat dipastikan terkait dengan ritual-ritual
yang ditujukan kepada sesuatu yang dianggap mempunyai kekuatan dan kekuasaan yang dapat mendatangkan mudharat dan manfaat kepada manusia.Sedangkan yang dianggap dan dipercaya dapat mendatangkan manfaat berupa memberikan perlindungan serta yang dipercaya juga dapat mendatangkan mudharat tersebut adalah berupa roh-roh atau makhluk halus.
Keyakinan seperti itu tidak lain berasal dari kepercayaan animisme dan dinamisme yang dianut oleh para leluhur pada zaman jahiliyah.

Dari media televisi sering ditayangkan adanya upaya ritual yang dilakukan oleh masyarakat nelayan yang bermukim dipinggir pantai hampir disetiap tempat pada waktu-waktu tertentu diadakan upacara pesta sedeqah laut dengan melarungkan tumbal dan sesajen. Ritual itu disebutkan sebagai ucapan terimakasih dan rasa syukur kepada yang pencipta dan penguasa laut yang telah memberikan rezeki berupa hasil tangkapan ikan yang banyak, serta memohon perlindungan agar para nelayan diberikan keselamatan selama melaut.

Kita juga sering melihat tayangan di televisi adanya upacara ritual sedeqah bumi dan bersih desa dengan menyediakan sesajen dan menanam kepala hewan ternak berupa kerbau atau kambing, yang maknanya tidak lain dimaksudkan sebagai persembahan kepada sesuatu kekuatan baik berupa roh-roh ataupun jin-jin .

Sering kali juga kita menyaksikan secara langsung adanya upacara ritual pemujaan terhadap roh-roh atau para jin penguasa disuatu tempat dengan memberikan sesajen dan tumbal dalam rangka pesta adat ulang tahun sebagai bentuk kegiatan ulang tahun Kabupaten atau kota seperti pesta adat erau di tenggarong Kabupaten Kutai Kertanegara . Dimana ritual-ritual tersebut dilakukan mengikuti ritual-ritual tradisi nenek moyang terdahulu yang menganut kepercayaan animisme dan hindu di zaman yang masih jahiliyah.

Gambaran tradisi dimasyarakat yang sering dipertontonkan tersebut diatas adalah sebagai bentuk ritual yang dilakukan secara beramai-ramai oleh kalangan masyarakat. Namun juga secara kasat mata sangat banyak kita saksikan adanya ritual-ritual tradisi adat istiadat dan budaya animisme serta hindu yang dilakukan secara individual/perorangan oleh kebanyakan mereka-mereka yang mengaku sebagai kaum muslimin. Ritual-ritual tradisi adat istiadat tersebut tidak saja dilakukan oleh mereka-mereka yang berpendidikan rendah, tetapi juga rata-rata juga dilakukan oleh kalangan berpendidikan, bahkan mereka-mereka yang berpredikat sebagai ustadz dan ulama ada pula yang melakukannya. Dengan dalih sekedar perbuatan yang bukan perbuatan yang bersifat ibadah sehingga tidak perlu dikuatirkan merusak aqidah.

Cobalah tengok dan perhatikan pada berbagai upacara yang dilakukan oleh orang-orang seperti siraman (mandi-mandi) pada menjelang pernikahan, upacara tingkepan pada wanita hamil, upara tapung tawar dan menghambur beras kuning, memberikan sesajen dan tumbal, nasi tumpeng pada acara selamatan , menyiapkan janur pada pesta perkawinan, peringatan hari kematian . Dan banyak lagi lainnya. Semua itu dilakukan dengan maksud agar mereka yang melakukannya terhindar dari segala macam gangguan dari roh-roh dan jin serta pelakunya mendapatkan perlindungan dan keselamatan.

Prilaku tersebut secara keseluruhan adalah merupakan ritual yang menjadi tradisi sejak jaman dahulu kala yang bersumber tentunya tidak lain dari kepercayaan animisme dan dinamisme yang masih sangat bodoh (jahil).

Tradisi syirik.
Sebagaimana yang diketahui jauh sebelum priode islam masuk menyelamatkan aqidah para pendahulu kita, nenek moyang bangsa ini sudah hidup dengan keyakinan animisme yang dilanjutkan dengan priode hindu, dimana kedua keyakinan tersebut dimata islam sebagai agama yang diwahyukan Allah dengan kitab Sucinya al-Qur’an dan as-Sunnah Rasul, karena kedua keyakinan tersebut mempercayai adanya tuhan lain selain Allah.
Keyakinan yang dianut oleh para nenek moyang dan leluhur baik berupa kepercayaan yang bersifat animisme maupun hindu, jelas-jelas merupakan lawan dari agama tauhid, karena keyakinan tersebut mengakui ada tuhan-tuhan lain yang patut disembah karena tuhan-tuhan itu yang dianggap mereka yang dapat mendatangkan mudharat dan memberikan manfaat sehingga patut ditakuti kemudian diberikan persembahan.
Keyakinan bathil seperti itu jelas bertentangan dengan tauhid rububiyah, uluhiyah dan tauhid asma wal sifat

Dalam syari’at islam telah digariskan bahwa siapapun ia wajib mengakui tauhid rububiyah untuk Allah, dengan mengimani tidak ada pencipta, pemberi rizki dan pengatur alam kecuali Allah, maka ia harus mengakui bahwa tidak ada yang berhak menerima ibadah dengan segala macamnya kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Tauhid uluhiyah, yaitu tauhid ibadah, karena ilah maknanya adalah ma’bud (yang disembah). Maka tidak ada yang diseru dalam do’a kecuali Allah, tidak ada yang dimintai pertolongan kecuali Dia, tidak ada yang boleh dijadikan tempat bergantung kecuali Dia, tidak boleh menyembelih kurban atau bernadzar kecuali untukNya, dan tidak boleh mengarahkan seluruh ibadah kecuali untukNya dan karenaNya semata.

Allah Subhanahu Ta’ala berfirman :
“Artinya : Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” [Al-Baqarah : 21-22]

Allah memerintahkan mereka bertauhid uluhiyah, yaitu menyem-bahNya dan beribadah kepadaNya. Dia menunjukkan dalil kepada mereka dengan tauhid rububiyah, yaitu penciptaanNya terhadap manusia dari yang pertama hingga yang terakhir, penciptaan langit dan bumi serta seisinya, penurunan hujan, penumbuhan tumbuh-tumbuhan, pengeluaran buah-buahan yang menjadi rizki bagi para hamba. Maka sangat tidak pantas bagi mereka jika menyekutukan Allah dengan yang lainNya; dari benda-benda atau pun orang-orang yang mereka sendiri mengetahui bahwa ia tidak bisa berbuat sesuatu pun dari hal-hal tersebut di atas dan lainnya.
Dari keterangan diatas, maka tradisi adat istiadat dan budaya yang berasal dari kepercayaan animisme dan hindu yang terus dilestarikan selama ini oleh kalangan umat islam di Indonesia sangat bertentangan dengan tauhid rububiyah dan uluhiyah, karena berbagai ritual dari tradisi tersebut didalam terdapat nilai-nilai kesyirikan yang menyakini bahwa ada yang dituhankan selain Allah.

Iman Amalan Hati, Lisan dan Perbuatan

Para ulama salaf menyebutkan bahwa iman itu adalah amalan hati,lisan dan perbuatan, karenanya seseorang dikatakan beriman apabila hatinya menyakini bahwa Allah itu Maha Esa, kemudian lisannya menyebutkannya melalui ucapan syahadat, sedangkan amalan perbuatan nya menunjukan bahwa apa yang ada di dalam hatinya, kemudian diucapkan oleh lisannya ditindak lanjuti dengan sikap amalan perbuatan sehari-hari yang bersesuaian dengan kaidah syari’at.
Seseorang yang mengaku beriman kepada ke Maha Tunggalan ( keesaan ) Allah, tetapi lisannya dan perbuatan menunjukan kesyirikan, maka belumlah ia dikatakan seseorang yang bertauhid.
Karenanya mereka-mereka yang dalam kesehariannya selalu melazimkan tradisi adat istiadat dan budaya yang diwarisi dari leluhur yang mempunyai keyakinan animisme dan hindu, mereka termasuk orang-orang yang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan perbuatan orang-orang yang beriman, meskipun dihatinya mereka tetap meyakini Allah Subhanahu Ta’ala itu Tuhannya yang Maha Esa.
Mereka-mereka yang hatinya mengakui beriman kepada Allah, tetapi lisannya mengucapkan mantera-mantera minta perlindungan dan pertolongan kepada para roh-roh dan para jin serta perbuatan/amalannya memberikan tumbal atau sesajen kepada rohj-roh dan para jin, maka hilanglah keimanannya kepada Allah.
Begitu banyak ayat-ayat dalam al-Qur’an yang memerintahkan kepada kita umat islam untuk bertauhid dan menyembah serta meminta hanya kepada Allah. Firman-firman Allah yang terkandung dalam al-Qur’an yang agung dan mulia antara lain :.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa” [QS. Al-Baqarah : 21].

Firman-Nya :
إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ * أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا
”Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya” [QS. Az-Zumar : 2-3].

firman Allah subhaanahu wa ta’ala :
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus” [QS. Al-Bayyinah : 5].
Ayat-ayat diatas medmerintahkan kepada kita umat islam , supaya kita hanya beribadah hanya kepada Allah , tidak diperkenankan beribadah dan meminta kepadaselain Allah, baik kepada Nabi, Malaikat,orang-orang shalih apalagi roh-roh dan para jin.
Akhirnya marilah kita tegakkan amar ma’ruf nahi munkar bagi saudara-saudara kita se aqidah yang masih melazimi berbagai bentuk tradisi adat istiadat warisan budaya dari animisme dan hindu yang masih mengakar dalam diri mereka. Semua itu karena kejahilan atas agama. Ingatkanlah mereka bahwa melestarikan tradisi adat istiadat dan

b udaya para leluhur dalam kehidupan yang penuh dengan kesyirikan sangat bertentangan dengan agama tauhid. Mari kita kampanyekan ketengah-tengah masyarakat islam sebagai saudara kita agar meninggalkan segala bentuk tradisi yang syirik.(Wallahu ta’ala a’lam )
Bahan bacaan : dari berbagai sumber yang dapat dipertanggung jawabkan.

Diselesaikan ba’da subuh, Arba 17 Dzulhijah 1431 H/ 24 Nopember 2010.

Pertanyaan:

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin ditanya : Ada polemik yang dirasakan sebagian manusia, yaitu bagaimana Allah akan menyiksa karena ma’siyat, padahal telah Dia takdirkan hal itu atas manusia ?

Jawaban:

Sebenarnya hal ini bukanlah polemik. Langkah manusia untuk berbuat jahat kemudian dia disiksa karenanya bukanlah persoalan yang sulit. Karena langkah manusia pada berbuat jahat adalah langkah yang sesuai dengan pilihannya sendiri dan tidak ada seorangpun yang mengacungkan pedang di depannya dan mengatakan : Lakukanlah perbuatan munkar itu, akan tetapi dia melakukannya atas pilihannya sendiri. Allah telah berfirman : Sesungguhnya Aku telah memberi petunjuk kepadanya pada jalan (yang benar), maka adakalanya dia bersyukur dan adakalanya dia kufur [Al-Insan : 3] Baca entri selengkapnya »

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Sebuah kisah yang pantas direnungkan. Akankah kematian kita bisa baik seperti ini. Semoga Allah memudahkan kita mati dalam keadaan husnul khotimah (akhir yang baik).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ

“Barang siapa yang akhir perkataannya adalah ‘lailaha illallah’, maka dia akan masuk surga.” (HR. Abu Daud. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih no. 1621)

Melihat hadits tersebut, kami teringat pada sebuah kisah yang sangat menarik dan menakjubkan. Kisah ini diceritakan oleh Al Khotib Al Baghdadi, dalam Tarikh Bagdad 10/335. Berikut kisah tersebut. Baca entri selengkapnya »

Abu Ashim Muhtar Arifin

Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh (wafat 1389 H) rahimahullah mengatakan:

“Aku sekarang akan menyebutkan sebuah kisah tentang Abdurrahman al-Bakri, salah seorang penduduk kota Najd.

Pada mulanya ia adalah salah seorang thalibul ‘ilmi (penuntut ilmu) yang belajar kepada pamannya, yaitu Syaikh Abdullah bin Abdullathif Alu Syaikh dan para syaikh yang lain. Kemudian beliau ingin membuka sebuah madrasah di Aman.

Di sana beliau mengajarkan tauhid dari biaya sendiri. Apabila harta yang dimilikinya telah habis, maka beliau mengambil barang dagangan dari seseorang dan pergi ke India. Terkadang beliau menghabiskan waktu selama setengah tahun di India.

Syaikh al-Bakri mengatakan:

“Aku pernah berada di sisi sebuah masjid di India. Di sana terdapat seorang guru, yang mana apabila seusai mengajar mereka melaknat Ibnu Abdul Wahhab, yakni Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Baca entri selengkapnya »

http://pentasatriya.files.wordpress.com/2010/06/jalan-lurus-tauhid.jpgDengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Tidak ada suatu perkara yang memiliki bekas-bekas/dampak yang baik serta keutamaan yang beraneka ragam seperti halnya tauhid. Karena sesungguhnya kebaikan di dunia dan di akherat itu semua merupakan buah dari tauhid dan keutamaan yang muncul darinya.” (al-Qaul as-Sadid fi Maqashid at-Tauhid, hal. 16)

Syaikh as-Sa’di rahimahullah juga berkata, “Segala kebaikan yang segera -di dunia- ataupun yang tertunda -di akherat- sesungguhnya merupakan buah dari tauhid, sedangkan segala keburukan yang segera ataupun yang tertunda maka sesungguhnya itu merupakan buah/dampak dari lawannya….” (al-Qawa’id al-Hisan al-Muta’alliqatu Bi Tafsir al-Qur’an, hal. 26)

Allah ta’ala berfirman,

الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri keimanan mereka dengan kezaliman (yaitu syirik), maka mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan keamanan dan mereka itulah orang-orang yang diberikan hidayah.” (QS. al-An’aam: 82)

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu berkata: Ketika turun ayat “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri keimanan mereka dengan kezaliman (yaitu syirik), maka mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan keamanan dan mereka itulah orang-orang yang diberikan hidayah.” (QS. al-An’aam: 82) Maka hal itu terasa berat bagi para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas merekapun mengadu, “Lalu siapakah diantara kami ini yang tidak Baca entri selengkapnya »

sihirPertanyaan:
Di kalangan remaja sedang ramai dibicarakan tentang video yang di dalamnya mengandung atraksi yang
mengandung beberapa praktek sihir.
Pertanyaannya, apakah menonton video tersebut termasuk dalam hadits:
من أتى ساحراً لم تقبل له صلاة أربعين يوماً
“Orang yang mendatangi penyihir tidak diterima shalatnya selama 40 hari.”
DR. Khalid bin Ali Al Musyaiqih menjawab:
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله
Wa ba’du:
Mendatangi penyihir dan dukun tidak diragukan lagi keharamannya, dan tidak diperbolehkan melakukannya. Hal ini
didasari oleh hadits dari Mu ’awiyah bin Hakam radhiallahu’anhu:
إن منّا رجالاً يأتون الكهان قال صلى الله عليه وسلم: “فلا تأتهم” صحيح مسلم
“Diantara kami ada beberapa orang yang mendatangi dukun, kemudian Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda: ‘Janganlah kalian datangi mereka (para dukun)!’” (HR. Muslim)
Pendapatku, gemar menonton video yang demikian merupakan bentuk lain dari mendatangi dukun dan penyihir,
hanya saja medianya berbeda. Karena hikmah dari larangan mendatangi dukun dan penyihir adalah agar terhindar
dari keburukan yang mereka sebabkan. Dan dengan menonton video yang demikian terkadang keburukan tersebut
tetap ada.
Adapun berkaitan dengan yang ditanyakan, tentang hadits:
من أتى ساحراً لم تقبل له صلاة أربعين يوماً
“Orang yang mendatangi penyihir tidak diterima shalatnya selama 40 hari.”
Dalil ini dapat diterapkan jika seseorang mendatangi dukun, bertanya padanya tentang hal gaib yang sifatnya nisbi
dan kemudian membenarkannya, hal ini dilakukan dengan keyakinan bahwa sang dukun diberitahu oleh setan. Jika
demikian, maka konsekuensi bagi orang tersebut ada dua:
1. Ia berbuat syirik kepada Allah Azza Wa Jalla yang jenisnya Syirik kecil (tidak membatalkan keislaman).
2. Shalatnya tidak diterima selama 40 hari.
Adapun jika orang tersebut mendatangi dukun, bertanya padanya tentang hal gaib yang sifatnya mutlak dan kemudian
membenarkannya, atau juga jika ia bertanya pada dukun lalu membenarkannya dengan keyakinan bahwa sang dukun
tidak diberitahu oleh setan (dukun itu yang tahu sendiri), maka ia orang ini telah terjerumus dalam syirik akbar yang
membatalkan keIslamannya.
Mufti: DR. Khalid bin Ali Al Musyaiqih hafizhahullah
Sumber:
http://islamlight.net/index.php?option=com_ftawa&task=view&Itemid=0&catid=1090&id=19442
Keterangan:
Ghaib hakiki/mutlak adalah hal-hal yang tidak mungkin diketahui oleh selain Allah, sampai kapanpun. Misal: waktu
terjadinya hari kiamat.
Ghaib nisbi adalah hal-hal ghaib yang masih ada kemungkinan untuk diketahui dengan bantuan alat tertentu atau
cara tertentu. Disebut nisbi karena bagi sebagian orang hal ini termasuk ghaib, namun bagi sebagian orang yg lain
tidak ghaib. Misalnya: mengetahui jenis kelamin janin.
Kesimpulan dari saya:
Jika hanya sekedar menonton video acara sihir atau acara perdukunan tidak termasuk kesyirikan namun haram
hukumnya karena dilarang oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam.
Disalin dari: kangaswad.wordpress.com